PERSIAPAN HATI MENUJU TANAH SUCI
Selain memenuhi persyaratan administratif, para jemaah haji atau umroh tak boleh melupakan persiapan hati. Sebab, ibadah ke tanah suci tak hanya membutuhkan persiapan fisik dan finansial serta ilmu manasik saja. Tetapi lebih dari itu, sangat membutuhkan persiapan hati, iman dan takwa.
Jemaah haji atau umroh harus dapat mengendalikan dan mengelola gejolak hati dan emosi tidak hanya saat di tanah suci, tapi sejak sebelum berangkat dan dalam perjalanan. Kemampuan mengendalikan diri merupakan sesuatu yang wajib dimiliki oleh calon tamu Allah SWT.
Saat umroh Ramadhan tahun 2023, saya memperoleh info ada Jemaah Umroh + Turki yang dipulangkan oleh Biro Travel-nya ke tanah air, karena kehilangan paspor. Seorang ibu Jemaah umroh tersebut terkena ‘gendam’ atau sihir saat duduk sendirian di area halaman masjid Hagia Sophia, Istanbul, Turki. Dia didekati seorang pemuda Turki, diajak ngobrol kemudian tas isi paspor dan uang senilai 15 juta dimintanya. Dan diserahkan tanpa sadar.
Usai sadar sudah terlambat! Tas isi surat berharga paspor dan uang telah hilang. Pemuda tersebut juga hilang.
Ditemani Local Guide, ibu tersebut lapor ke polisi Istanbul, kemudian dipulangkan ke tanah air. Tanpa paspor, tidak dapat melanjutkan perjalanan ke Arab untuk ibadah umroh.
Belajar dari kasus tersebut, walau kejadiannya bukan dari kloter kami, tetap jemaah selalu kami ingatkan agar selalu MENJAGA HATI dengan senantiasa berdzikir, istighfar berdoa atau bersholawat agar senantiasa memperoleh perlindungan-Nya selama dalam perjalanan ibadah. Jangan sampai melamun atau pikiran kosong! Jaga atau gantung wudhu!
Ibadah haji atau umroh adalah perjalanan menuju rumah-Nya. Jemaah adalah tamu-tamu-Nya. Mudah bagi-Nya mengabulkan atau menggagalkan perjalanan menuju rumah-Nya. Buatlah kita layak menjadi tamu-Nya.
Hati, mungkin adalah hal yang paling sulit untuk benar-benar dijaga. Jangankan jauh-jauh ke Tanah Suci, di tanah air saja, terkadang ada hal-hal yang membuat ketenangan hati kita terganggu. Mulai dari merasa cemas, kesal karena kelakuan orang lain, tanpa sadar kita membicarakan orang lain, dan lain-lain.
Padahal menurut Rasulullah SAW, “Ketahuilah! Sesungguhnya dalam tubuh ini ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak. Maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah! Ia adalah hati.”
Di Tanah Suci pun, kita akan menemui cobaan hati. Bahkan mungkin berkali-kali lipat. Mulai dari teman satu kamar, makanan catering yang tidak cocok dengan lidah, fasilitas yang kurang maksimal, jemaah dari negara lain yang menurut kita memiliki kebiasan aneh, dan lain-lain. Meski kita berkata pada diri kita bahwa kita bisa menghadapinya, pada kenyataannya, akan ada hal-hal yang di luar kendali kita.
Bagaimana cara mensucikan hati? Berikut ini tahapannya menurut H. Aden Rosadi (2018):
Pertama, luruskan niat (lillahi
ta’ala).
Tanyakanlah pada hati nurani terdalam. Untuk apa ke Tanah Suci? Benarkah kita niat kita hanya karena memenuhi panggilan Allah SWT? Ataukah ada di luar itu? Apakah diam-diam ada niat yang terselip untuk mendapatkan gelar dan pengakuan dari masyarakat? Jika masih ada, sebaiknya kita menggunakan tetesan waktu yang tersisa untuk meluruskan hati. Dan setiap kali menghadapi masalah (ujian), ingatkanlah diri kita untuk apa kita datang ke Tanah Suci.
Kedua, sadarilah bahwa kita tidak akan
pernah bisa mengatur orang lain.
Kita bisa menyuruh, kita bisa menuntut, tetapi bagaimana mereka bertindak adalah pilihan mereka sendiri. Ingatlah bahwa satu-satunya yang bisa kita atur hanyalah diri kita sendiri. Jika ada sesuatu yang menguji hati kita, kita selalu memiliki dua pilihan: menuruti ego atau bersikap sabar.
Ketiga, fokus pada ibadah.
Bagaimana pun juga kita datang untuk memenuhi panggilan Allah SWT. Kita adalah tamu-Nya. Bagaimana perasaan sang pemilik rumah jika tamunya malah memikirkan hal lain? Di dalam ibadah yang hanya sekali seumur hidup ini, cobalah untuk benar-benar berkonsentrasi hanya pada-Nya. Tinggalkanlah masalah yang ada di tanah air (atau lebih baik lagi, selesaikan masalah sebelum berangkat).
Keempat, yakini dan sadari bahwa segala sesuatu adalah ujian keimanan dan ketakwaan dari Allah SWT. Segala sesuatu yang terjadi di Tanah Suci, terutama yang kita anggap buruk, bukan berarti sebagai arena pembalasan atas perbuatan kita yang lalu. Semuanya adalah ujian semata. Adalah tugas kita untuk tetap bersikap sabar dan melaluinya dengan sikap positif.
Kelima, Syukuri, nikmati, dam maknai
setiap jengkal perjalanan ibadah ke tanah suci.
Apapun yang terjadi harus tetap
disyukuri, dinikmati dan dimaknai sebagai salah satu latihan spiritual (riyadhah)
guna meraih kesempurnaan Islam dan kelezatan iman.
Dengan mensucikan hati Insya Allah ibadah ke tanah suci menjadi lebih lancar tanpa beban, mencapai MABRUR. Sehingga bertransformasi secara positif dalam melakukan perubahan diri, keluarga, masyarakat, dan Negara. Kemabruran akan terlihat pada terjaganya amalan ibadah pribadi maupun sosial, seperti dengan memakmurkan masjid dan berdakwah.
Patangpuluhan,
19 April 2023, usai isya dan hujan gerimis
ttd
H. Arif
Sulfiantono, S.Hut., M.Agr., M.S.I.
Kepala Sekolah Umroh Mandiri & Tour Leader Labbaika Cipta Imani
Posting Komentar untuk "PERSIAPAN HATI MENUJU TANAH SUCI"
Posting Komentar